Dec 30, 2012

curhat akhir tahun.


Oke karena beberapa waktu yang lalu saya pernah lihat postingan teman di socmed yang kalo ga salah isinya, “menulis itu ga perlu kelamaan mikir. Tulis saja langsung. Biarkan kata-kata yang ga sempat diucapkan bibirmu, terurai lewat goresan pena di atas kertas”. Sesimple itu, dan saya sedang mencobanya saat ini.

Jadi ingat waktu kelas translation dulu (lupa translation berapa) kami disuruh menuliskan sebuah narasi pendek tentang apa saja. Dan saya yang masih ngos-ngosan karena telat 3 menit memutuskan menulis kejadian yang saya alami sebelum masuk kelas ini. Hasilnya, dosen saya sangat menyukai narasi saya. Sangat “bercerita” bila dibandingkan dengan narasi dari teman2 yang lain.  Tapi sayang, yang dinilai bukan narasinya melainkan cara menginterpretasinya. Haha, sudahlah.

Saya menulis kembali karena… (give me a little time to think) well, saya rasa ga ada yang mau dengar keluhanku. Hal-hal yang menjadi beban pikirku. Ya, mungkin masalahnya bukan di mereka yang ga mau dengar curhatanku, mungkin saya yang ga tau membahasakannnya secara lisan, langsung dan dapat dimengerti. Saya sering merasa sangat cengeng setelah curhat. Itu yang membuatku berpikir dua kali sebelum ngeluh. Saat memulai pembicaraan tentang masalah2ku, saya sadar, masalah itu ga cukup berat. Hanya perasaanku saja yang memainkan perannya dengan sangat baik mampu menutupi logika. Ya, karena itu saya menuliskannya seperti saya sedang berbicara. (ya mungkin sedikit berbeda dari logatku. hhe) berbicara kepada seseorang yang dapat menjadi pendengar dan pembaca yang baik (yang sampai saat ini tak kumengerti bagaimana seseorang dikatan pendengar dan pembaca yang baik). Ya, entahlah. Kurasa tulisanku jauh lebih dapat dimengerti dibanding lisanku.

Sore ini kembali hujan mengguyur kota dengan derasnya. Saya ngarepnya sih malam tahun baru juga hujan. hahaha! Biar jalanan lengang dikit. Biar orang2 banyak yang tinggal di rumah , menghabiskan waktu dengan keluarga, memperbaiki quality time, merenung, membuat resolusi. Ah, resolusi, mengingatkanku pada seorang kakak. Kakak yang tiap tahun baru pasti menanyakan resolusi apa yang kutulis untuk tahun depan. Kakak yang kutahu sangat penyayang dibalik wajah garang dan seragam polisinya, kak Muhammad Irbar a.k.a kak Jackie, yang sampai detik ini masih tak kupercaya ia telah tiada. *Al-Fatihah*

Hari ini tanggal 30 Desember, saya tidak merasakan excitement menyambut tahun baru. Hanya pergantian hari biasa. Menulis resolusi, akan kupikirkan lagi. Saya merasa hal itu menjadi sia-sia jika ga diiringi niat yang penuh, rencana yang matang untuk mewujudkannya. Mungkin malam menjelang tahun baru ini akan lebih bermakna jika kugunakan untuk merenung, mereview ulang, kelakuan, perasaan, keputusan, keberhasilan yang terjadi selama tahun ini. :) Ya, kurasa jauh lebih baik memulainya dari introspeksi diri sebelum mengkhayal dan menuliskannya di lembar resolusiku. :)

No comments: