Feb 22, 2014


kupikir ini satu-satunya tempat aku bisa berkomunikasi denganmu. meski hanya komunikasi satu arah.






If you read this, i just want you to know that I really want to see you, B.

Feb 19, 2014

Apatis


Pertama kali aku mendengar kata itu darimu. Mungkin kau sudah lupa. Tapi aku masih mengingatnya.
Itu karena kata "apathy" adalah kata terakhir yang kau ajarkan padaku.

Bogoshipo

Saat itu aku hanya tahu artinya. Saat ini aku merasakannya. Sangat merasanya. Apatis. Apatis terhadap diri. Lingkungan. Masa depan.

Bogoshipo

Maaf.
Setelah melangkah sejauh ini aku masih berat untuk tak berlari kepadamu. Sangat sedih. Aku hanya merasa sangat sedih. Menangispun tak kuat. Maafkan aku.

Ini hanya sebentar. Tak akan lama. Aku janji.

Aku juga takut Tuhan.

Happy Ending?

Abis nonton Architecture 101. Salah satu film yang bikin nyesek endingnya. Well, bukan cerita happy ending seperti yang biasa kutonton. Yang bikin tertarik nonton film ini karena si Suzy "Miss-A" main disitu! Heheh. Masih teringat drama Dream High, sejak itu mulai suka sama aktingnya.

Well, postingan ini bukan mau ngereview film yang agak menggalaukan ini. Saya mau membahas tentang ending dari ceritanya. Ya, akhir yang tidak begitu bahagia.

Jadi happy ending itu seperti apa? Hum, menurutku happy ending itu jika kedua tokoh utama dalam suatu film hidup bahagia. Ceritanya berakhir dengan bahagia untuk kedua tokoh utamanya. Itu juga kan yang ada dibenak kalian? Tapi di film ini sedikit mengubah pandanganku terhadap arti happy ending itu. Mengapa happy ending hanya untuk kedua tokoh utama yang sedang jatuh cinta? Mengapa happy ending tidak untuk tokoh pendukung? Kupikir ending film ini cukup fair. Seung Min dan Eun-chae akhirnya menikah lalu ke Amerika. Meskipun sepertinya Seung Min tidak begitu bahagia namun Eun-chae terlihat sangat bahagia, mungkin karena akhirnya Seung Min menikahinya. Itu cukup fair bukan? Ibu Seung Min, meski ditinggal anak kesayangannya ke Amerika, sepertinya dia cukup bahagia. Bisa tinggal di rumah yang telah ditinggalinya selama 30 tahun bersama Seung Min, bagaimana bisa pindah dengan sejuta kenangan yang ada di tiap sudut rumah itu? Lalu Seung Min dan Seo Yeon, meskipun kelihatannya mereka berdua yang tidak berakhir dengan bahagia, setidaknya Seo Yeon bahagia dapat tinggal bersama ayahnya di rumah impiannya yang dibangun oleh Seung Min untuknya dan juga mengetahui bahwa Seung Min dulu juga pergi ke rumah kosong, tempat mereka berjanji untuk bertemu saat salju pertama turun. Seung Min pun akhirnya tahu ia adalah cinta pertama Seo Yeon. Meskipun terlambat mengetahuinya, beberapa kenangan tetap akan mengukir senyum di masa depan.

Jadi semuanya happy kan? Film ini berakhir dengan bahagia. Kita hanya perlu melihat sesuatu dari sisi yang lain untuk melihat dan merasa bahagia dengan yang ada di hidup kita.

:)





Soundtrack film ini masih terputar. Etude of Memories

Feb 4, 2014

84th

Assalamu’alaikum. Halo! Bonjour!

. . . . 
. . . . 

"Bingung ga tau mau cerita dari mana.."
"Dari yang mauuuu banget kamu ceritakan!"
:)

Okeh. Hari ini hari ke-84 saya resmi bukan mahasiswa. Hari ke-100 mungkin perlu dirayakan. Heheh. Saya masih belum ngapa-ngapain. Saya masih tinggal di rumah. Masih makan dari hasil keringat ayah-ibu. Masih dirisaukan ayah-ibu. Masih merencanakan masa depan. Masih takut menyapa kenyataan. Still hide behind my blanket. Pathetic. I hate that word! Sigh.

Anywaayyy... Tadi pagi, untuk pertama kalinya sejak 83 hari yang kulalui dengan kesia-siaan, saya melakukan hal yang sia-sia lagi. Hahah. Entahlah. Sebuah kebiasaan sejak saya bisa naik motor: denger lagu pake headset dengan highest volume. Bad habbit, yes? I know. Two-chan selalu ingetin untuk tidak dengar lagu kenceng-kenceng kalo lagi bawa motor. But, I love it. Yang bikin seneng banget itu adalah merasakan angin pagi, liat langit pagi, daaaan hangat matahari pagi yang akhir-akhir ini jaraaaang banget muncul. Ya, saya suka hangat matahari. Suka sekali! 20 menit perjalanan dari rumah-atm-rumah yang menyenangkan.

Ya, bahagia itu kadang ga perlu orang lain. Sendiri pun bisa bahagia. :)

Oke, saat ini mungkin kalian akan menganggap saya sedikit umm… kurang normal. Ummm.. no, tidak-seperti-perempuan-kebanyakan. Hahah. I love those words, anyway :)

Ya, saya adalah manusia kadang-kadang, manusia setengah-setengah. Kadang-kadang saya suka baca buku, kadang maleeeeeess banget. Kadang saya suka jalan-jalan sendirian, berpetualang sama Mio merahku, kesasar, lewat jalan tikus, sembunyi dari pak polisi, haha, saya belum punya SIM soalnya. Heheh. Tapi beberapa waktu, saya suka jalan rame-rame, jalan sambil ketawa-ketiwi bareng teman SMA, oh High School Never Ends! *nyanyi* Kadang jadi alim banget, kadang juga jadi bejat banget. Kadang super cheerful, motivating, kadang juga jadi hopeless, ga bersemangat, lost in my own mind, pernah hampir gila. Kadang jujur, polos, oh so innocent, kadang juga penuh kepalsuan. Kadang saya suka cowo alim, kadang saya suka cowo penyuka music metal. Eh, kok langsug bahas cowok ya? :|

Hum, masih banyak ke-kadang-an saya yang lain. Yang saya yakini bukan ciri bipolar. Karena semua yang saya rasakan ini sepertinya normal-normal saja, yes? Heheh.

Oke, tulisan ini mulai disorientasi. Seruduk sana seruduk sini. Tapi biarlah.

Kembali ke ke-kadang-an saya yang terakhir itu. Soal cowok, umm.. baiknya saya ganti, pria, yes karena saya sudah 22 tahun so biologically saya sudah bukan a girl lagi tapi a woman (supposedly. heheh). Saya menyukai pria yang religius, (yang status-statusnya di socmed selalu mengajak untuk mengingat Allah, selalu memposting puisi romantis untuk calon istrinya yang muslimah, selalu mengucap salam di seluruh akun sosialnya, hahah, itu bagus. Iya kan? Haha. No. Not really) yang menghormati wanita dan oh, serius. Namun, ada kecenderungan dalam diri jika berkawan hidup dengan pria religius seperti itu saya akan bosan. Ya, entahlah.. Saya menyukai pria yang suka membaca, suka menulis, penyuka musik, musik apapun itu. Kadang-kadang suka seperti itu-seperti ini, yang itu-yang ini. That's normal, right? Some of you might say no, yes I know. Saya seperti ga punya prinsip kan? Ga punya pendirian. Plin-plan. Ey, what's the different?

:|

Sigh. Kalo udah nulis seperti ini, saya sedih banget rasanya. Hal seperti ini seringnya berujung pada kesadaran diri. Sadar kalo diri ini (saya berusaha mencari kata yang tepat) mengecewakan. Sedih kan menyadari kalo diri sendiri itu mengecewakan. Mengecewakan dihadapan diri sendiri. :\

Nulis tentang diri kaya' gini itu seperti bercermin. Ya, ngaca! Ngaca pake tulisan. Hahah. Bedanya bercermin dengan kaca yang nampak adalah apa yang orang lain lihat. Yang kau dandani agar nampak baik dimata orang lain, agar mereka tak melihat satu jerawat baru muncul di pipi dekat tahi lalat kecilmu. Ya, you in the mirror is your cover! What are you covering, then? Yourself.

Ngaca pake tulisan itu... umm istilahnya talk heart to heart with you and yourself. I found it really fun. Ngacanya biasanya lebih tentang jiwa. Jiwa juga harus sering-sering diajak bicara loh. Some of you mungkin bakal nyamain ini dengan aktivitas 'ngomong sendiri'. No, ini ada bukti otentiknya, tulisan tangan kamu. Jadi seperti hati dan otak itu saling berdialog. Jari jadi pengganti mulut. Itu lebih bebas. Lebih lancar. Lebih liar. Cobalah sekali waktu. Kau akan ketagihan.

:|

Saya merasa akhir-akhir ini ayah jadi sedikit umm emosi. Ya, mungkin karena banyak hal yang menjadi beban pikirannya hanya disimpannya sendiri dan begitu ditambah satu hal yang menyebalkan, jadilah meledak! Mengagetkan seluruh penghuni rumah. Semua langsung introspeksi diri. Saya salah apa? Salah apa? Dimana? Kapan?

Juga, beberapa hari yang lalu, bro sempat nangis karena beberapa hal tentang keluarga. Don't have to mention it. Ayah juga beberapa hari yang lalu sempat kutangkap matanya memerah setelah menegur my bro. Saya selalu kaget dan ikutan sedih melihat laki-laki menangis. I dunno. Saya merasa jika ia menangis, itu adalah hal yang tepat untuk ditangisi. Tidak seperti saya, nonton upin-ipinpun kadang nangis. Mereka nangis mungkin karena mereka terlalu sedih. Ya, bahkan ayah dan adik laki-lakiku satu-satunya. Mereka menangis mungkin karena.................................................................................................................................. karena mereka manusia. Mereka punya mata, tempat keluarnya air mata!

:| :| Hhe.


I READ HIM WHO I DO NOT KNOW.
I READ HIS AND I THOUGHT I ALREADY READ HIM.


Hhh.. bad habbit of my reading. Terlalu sering menjudge seseorang dari tulisannya. Terlalu sering berkelana di blog, membaca tulisan, sedikit banyak mempengaruhi gaya menulis, sudut pandang, ah itu sedikit banyak berbahaya.


Tapi yang tadi itu sedikit berbeda. Entahlah. Seperti apa yang ia tulis, your words define you (kukoreksi sedikit tata bahasanya. Hhe)