Aug 25, 2014

Last letter for you, boy..


Your last message said everything.
You don't even recognize me. I guess that's the last time I manage to talk to you. May be you don't want to talk to me like we're used to, or don't even want to know me in your lifetime.
So, I'm better off.

This time, i leave my hometown sincerely and let the wind takes all memories about you..

Jul 1, 2014

Alhamdulillah..

Setelah beberapa minggu yang feels like years menunggu keputusan, akhirnya pengumuman itu keluar juga. Alhamdulillah, saya diterima di Universitas Negeri Malang program pascasarjana *sujudsyukur*. Sebuah kabar yang sangat membahagiakan di Ramadhan ketiga ini. Saya ucapkan selamat kepada teman-teman yang lulus seleksi masuk pascasarjana UM. Ini gerbang awal perjuangan baru kita. Buktikan kepada orangtua dan orang terkasih bahwa keputusan yang kita pilih ini dapat membuka pintu kesuksesan.

Beberapa hari sebelum pengumuman sebenarnya saya sempat ragu. Ada banyak pilihan, ada banyak plan yang kubuat. If A isn't working, i still have B, C, D.. Tapi perlahan rencana yang kubuat itu gugur seiring bergantinya hari. Hingga yang tersisa hanya plan B. Kalo saya tidak lulus, saya akan coba ikut gelombang 2. Pilihan yang seharusnya cukup mudah untuk dilakukan. Hanya saja, perasaan telah mengecewakan dan tidak enak kepada orang tua itu sudah menghantui lebih dulu. Musti minta duit lagi ibu buat biaya pendaftaran itu ga sedikit. Mana sekarang juga lagi bulan puasa, pengeluaran membengkak, adik-adik mau bayar uang kuliah, dah ah masih banyak lagi yang membuat saya agak setengah hati mengikuti gelombang 2. Maka dari itu, saya merasa hanya kesempatan inilah yang kupunya. Berbekal itu, hanya berdoa yang bisa kulakukan. Memohon agar namaku terselip diantara ratusan peserta yang lulus. Hanya itu doaku. Sampai satu malam, saya berhenti memohon hal itu. Saya merenung, membayangkan bagaimana jika lulus, bagaimana jika tidak lulus. Saya bertanya pada diri sendiri, "apakah saya siap?"

Ya, saya sering sulit menjawab pertanyaan yang kubuat untuk diri sendiri. Siapkah saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa pascasarjana? Ragu. Ya, saya meragukan kesiapanku. Ragu karena tidak siap dengan biaya, tidak siap mental, tidak siap wawasan. Ragu dengan hasil tesku yang bersaing dengan ratusan pendaftar. Oh..

Namun jika ini jalan tercepat untukku membahagiakan orangtuaku, bantulah hamba, ya Rabb..

Jika tidak lulus, itu berarti pintu rejekiku bukan disitu. Bismillah, ketuk pintu lain. Namun, jika lulus, artinya kesempatan untuk membahagiakan orangtua sudah dibukakan oleh Allah lebih cepat. Harus dilakoni dengan sepenuh hati. Buktikan! Buktikan jika langkah yang kau pilih ini memang tidak salah.

***
Rencana Allah selalu lebih indah dari rencana kita yang terindah.

Jun 21, 2014

Remember years back when dad always help me doing my homework. Oh, how i hated math so bad and i miss dad so much.
Diajarin sampe mau nagis karena ga ngerti-ngerti, ga selesai-selesai, jam 9 udah ngantuk banget..

Just miss the old days..

Jun 14, 2014

Hello 23!

Alhamdulillaaahh..
Masih diberi kepercayaan dan kesempatan untuk membahagiakan ayah-ibu..
Saya merasa waktu sangat cepat berlalu. Saya merasa belum siap menjadi 23 tahun. Saya merasa seketika tua dan menyedihkan. Haha.. Tapi saya menganggap itu sebagai motivasi untuk semakin memperbaiki diri di 23 ini.

Being 23, harus patuh sama ayah-ibu, lebih patuh lagi! Harus bisa membahagiakan ayah-ibu, lebih membahagiakan nmereka. Harus lebih berani, lebih ceria, lebih open-minded, lebih peka, lebih bisa mengontrol emosi, lebih bisa DISIPLIN. Banyaaak sekali koresian selama setahun kemarin.

Dear Allah, saya punya banyaaaaakk sekali kekurangan malah dengan sombongnya saya sering melupakanMu..

Jun 12, 2014

Tes.. Tes..

5 Juni 2014

Graha Cakrawala udah raaameeee bangat dengan semua peserta yang ingin mengikuti tes pascasarjana UM. Banyak peserta udah datang sejak pagi buta meskipun tesnya itu dimulai jam 8 teng. Well, rada deg-degan dan seneng sebenarnya ngeliat peserta sebanyak itu. Deg-degan soalnya saingan banyak mameeen. Tapi itu artinya semakin banyak anak muda yang bersemangat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi..

Well, postingan kali ini saya ingin share sedikit tips dari apa yang saya alami saat mengikuti seleksi masuk pascasarjana di UM. Berbulan-bulan sebelum hari tes, saya getol banget cari info tentang pengalaman orang mengikuti tes di UM, bagaimana pengurusan beasiswanya, dll. Hasilnya, pretty much disappointed :(

Tips Pendaftaran
  1. Make sure kamu paham isi pengumuman penerimaan calon mahasiswa. Baca dengan teliti catatan kecilnya. Cek ada tidaknya jurusan kalian.
  2. Buat Checklist persyaratan yang harus dipenuhi calon mahasiswa. Ini akan memudahkan kamu untuk menyusun berkas-berkas. Foto, check! Sertifikat TOEFL, check! Fotokopi ijazah dan transkrip, check! Sudah dilegalisir? Check! Surat rekomendasi, check! dan seterusnyaa.. 
  3. CATAT TANGGAL PENTING! Yas, ini penting bangeet.. Jangan sampe lupa deadlinenyaa. Buat reminder di hape! Atau tempel sticky notes di tempat yang strategis.
  4. Save nomor telepon UM. Bisa dilihat di webnya kok.
  5. Jangan lupa bawa KTP saat membayar uang pendaftaran di bank.
  6. Setelah membayar uang pendaftaran, langsung fotokopi bukti pembayarannya. Simpan baik-baik.
  7. Waktu daftar on-line, pastikan kamu masukkan dengan teliti nomor identitas dan nomor pin
  8. Nah, jalur masuk itu ada 2, BPPDN dan Non-BPPDN. Kebetulan saya Non-BPPDN. Soalnya BPPDN tahun ini hanya untuk dosen. So, kamu harus cukup update tentang BPPDN ini.
  9. Isi biodata, program studi dan riwayat pendidikan dengan jujur dan teliti.
  10. Pilih dengan teliti jurusan yang diminati. Ingat, kita ingisinya cuma sekali. Abis itu udah ga bisa diutak-atik lagi Kasus saya, saya salah pilih jenjang studi.
  11. Cetak katu peserta dan biodata. Semuanya dalam bentuk pdf.
  12. Jika mendapat kesulitan, seperti kasus saya yang salah pilih jenjang studi, silahkan ke Gedung A3 lantai 1 ketemu sama pak Muslimin. Stafnya baik-baik kok :)
Setelah membayar dan mendaftar, waktunya kamu untuk mempersiapkan diri untuk ujian tulis. Di tengah kesibukan, coba baca-baca buku TPA, kerjain soalnya.. Materi yang diujikan TPA, Bahasa Inggris dan Bidang Studi.

Tips Waktu Tes
  1. Jangan telat! Kalo ga salah tesnya mulai jam 8 pagi sampe jam 12.
  2. Patikan kamu duduk sesuai dengan nomor tes. Jangan lupa bawa berkas yang dipersyaratkan.
  3. Pakai baju yang nyaman tapi tetep sopan. Ga usah pake yg ketat-ketat, ga usah dandan maksimal.
  4. Relax. Jangan lupa berdoa.
  5. Mau nyontek? Aduh mama sayangeee.. Kamu calon mahasiswa pascasarjana kan? 
  6. Kerjain TPA kalo ga salah waktunya cuma 25 menit. Trust me, soalnya jauh lebih mudah dari soal termudah yang ada di buku TPA yang kalian pelajari. Kita ga dikasih kertas buat menghitung dan kertas soal ga bisa dicorat-coret. So, kerjainnya bener-bener cepat! Fiuhh~
  7. Tiap satu sesi tes bakal dikasih waktu untuk peregangan atau bisa ke toilet. Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin.
  8. Tes bahasa inggris menurut beberapa teman yang bukan jurusan bahasa inggris cukup mudah. Intinya, mengetes pemahaman kita terhadap kalimat/teks.
  9. Oiya, tesnya ga pake LJK. Jadi jawabnya cukup pake pulpen saja :)
  10. Tes terakhir, tes bidang studi. Ini beda-beda. Ada yang dapat essay, ada yang multiple choice. Intinya siapin diri untuk kedua jenis tes.
Sudah? Yas, sudah. Selanjutnya lanjutin perjuangan dari rumah. Maksimalkan doa, maksimalkan sedekah..


***

Kuketuk pintu rezkiMu, ya Rabb. Bila ini jalanku, ridhoilah..

Jun 11, 2014

Bye, May..

Hello, June..

Awal bulan ini banyak sekali yang selamatin, welcoming you, like seriously. Ya, this is your month and i'm kind of exciting welcoming you, too!
Umm.. in this first post on June, saya hanya ingin menulis tentang perasaan saya saat ini. Cerita tentang ulangtahun dan pendaftaran S2, promise, i'll post them in a few days.

"I feel so hollow", kutipan lirik dari lagunya James Blunt, itu yang kurasa saat ini. I am thirsty. I think I am walking in the dark heading to somewhere, anywhere, nowhere. Merasa terombang-ambing. Kepalaku terasa sakit sekali memikirkannya. Memikirkan mengapa hati ini terasa kosong. "Aku rindu Tuhan", kurasa hal ini bergema tiap hari di hatiku namun otak tetap menyangkalnya. Selalu.

Sering kudapati mata ini basah. Saat bangun tidur, sebelum tidur, berkaca, nonton tv, baca buku, saat menghadapNya - saat mencoba berkomunikasi denganNya... Ingin kunikmati derai air mata itu sedikit lebih lama lagi. Kalau-kalau tetes air itu ternyata dapat menyegarkan hati yang gersang ini. Tapi tangan tanpa dikomando selalu mengusapnya dengan cepat. Hingga kering. Seakan memerintahkan untuk tak menangis lagi, atau tak menangisi hal itu lagi. Seorang teman pernah berkata, "menangis adalah bahasa Tuhan". Ah, kurang jelas apalagi petunjuk yang diberikanNya? Kurang jelas apalagi suara sirine dari dalam hatimu? Kurang lembut apalagi panggilan sayangNya sehingga kau masih ogah-ogahan berlari kepadaNya?

Seketika saya merasa menjadi sangat rapuh. Jauh lebih rapuh dari saat saya mengalami masalah beberapa tahun yang lalu berkaitan dengan cinta anak manusia di bangku SMA. Merasa menjadi sangat buruk. Buruk rupa, buruk hati...

Saat mengetik post ini saya baru sadar ternyata selama ini saya benar-benar sombong. Betapa buruk perilaku yang kutampakkan di depan orangtuaku, teman-temanku, guru-guruku, dan lebih buruk lagi yang tak nampak oleh mereka semua. Detik ini saya baru sadar..

SUNGGUH, penyakit sombong ini sesungguhnya, sebenar-benarnya, adalah penyakit yang sangat kutakuti sejak dulu. Dulu sekali. Tak kusangka ia kini merajai hati. Entah sehitam apakah hati ini saat ini..

***

Mungkin kau merasa aneh mengapa hal seperti ini kupublish, membiarkan banyak orang membaca hal buruk tentangku, mempermalukan diri sendiri. Inginku, agar kau tau saya seperti apa. Saya tidak ingin kau menyesal. Jika kau sempat kagum terhadapku, percayalah, kau tak ingin melakukannya lagi. Atau paling tidak kau akan berpikir dua kali sebelum memujiku. Harapku, kau dapat mengingatkanku, menegurku, mendoakanku jika mendapatiku bertindak sesuka hati.

May 8, 2014

Susah Move On. Penyebabnya?

Beberapa minggu lalu, seorang teman menanyakan hal ini lewat pesan singkat. Saya mikir jawabannya lama juga dan karena kelamaan, saya mutusin untuk tidak membalas. Hihi. Ga tau kenapa juga dia nanya hal ini sama saya. Dikiranya saya sudah jago move-on kali. Hehe. Sebelum menjawabnya, perlu untuk diketahui makna dari istilah asing yang sudah populer itu.

Move on itu apa sih?

MOVE ON secara literal ato menurut kamus, artinya bergerak maju. Dari arti katanya, move on itu bersifat umum. Ga ada sama sekali bau percintaan didalamnya seperti yang banyak orang artikan. Tapi ya, kita bisa lihat kalo kebanyakan masalah anak muda adalah masalah percintaan. (oh, kemon guys, saya masih muda)

Menurutku, move-on itu berpaling. Berpaling dari segala sesuatu yang membuat gamang yang dapat memicu seseorang untuk menyia-nyiakan waktunya untuk meratapi sesuatu udah ga bisa diapa-apain lagi. Ibaratnya.. kalo udah tau soal matematika berpola nomor 1 ga bisa dikerjain, kita harus lanjut ngerjain ke soal nomer 2. Kenapa? Ya, daripada ngehabisin waktu berpusing ria ngerjainnya, mending liat soal yang lain yang bisa diselesaiin. Ya kali soalnya ada salah cetak ato pilihannya juga salah ketik. Kan sia-sia gitu. (Haha.. ngambil pengibaratan kayak gini soalnya abis fokus drilling soal-soal TPA. Rada gegar juga otaknya).
Nah. Itu kataku.

Move on -dari apapun itu, bisa dari keadaan, lingkungan, mantan pacar, mantan gebetan, masalah di masa lalu- menurutku merupakan suatu tindakan pendewasaan. Kita ada di fase untuk merelakan. Rela melepaskan juga mengikhlaskan. Sedewasa apa kita menyikapi masalah yang kalo dipaksakan malah menyakitkan.

JADI, penyebabnya apa?

SATU
Menurutku seseorang move on karena belum waktunya aja. Sekeras apapun usaha untuk move-on, kalo kata Tuhan belum boleh move on, gimana? Ya mau gimana lagi..

DUA
Kata aku sih, (yaiya masa kata kamu), susah move-on itu karena kamu belum bener-bener ikhlas mengikhlaskan sesuatu atau seseorang itu. Untuk yang satu ini, saya kembali nyaranin untuk berdoa lagi sama Tuhan (mau berdoa sama siapa lagi coba?) agar dada lebih dilapangkan menerima kenyataan.

Jadi gimana dong?

INTINYA, kembali merapat ke Tuhan.
Banyakin berdoa biar masa-depan-yang-indah itu datangnya cepat. Ya paling ga wanginya tercium sampe tempat kamu berpijak, eh duduk, saat ini.

Live your life. Hidupkan hidupmu! Seperti perumpamaan diatas, hal rumit yang ga bisa kamu selesaiin emang ga bisa ditinggal gitu aja, tapi waktu hidup kita ga ada yang tau. Lihat sekeliling, ada sesuatu yang ternyata butuh perhatian lebih kamu yang selama itu kamu abaikan karena susah move on.

Oiya, saya ga pernah bilang ya kalo move on itu gampang. Saya berjuang move-on selama bertahun-tahun. Lama ya? Iya, lama banget. Itu sebabnya saya bisa nulis kayak gini. Saya pribadi, selalu yakin kalo semuanya bakal berakhir bahagia. Masalah akan selesai. Dan luka akan sembuh. Tangis akan berhenti. Kegamangan akan berganti kepastian. Jangan lari, jangan memaksa. Nanti kita sendiri yang capek. Ini bukan berarti saya ngajarin untuk ga berusaha keras, tapi move-on nyatanya lebih butuh ekstra usaha keras. Bukan juga ngajakin kamu buat pasrah, tapi kapan lagi kita praktekin teori pasrah yang selama ini baca. Berdamailah dengan kenyataan. Bertahun-tahun, kudikte diriku seperti itu.

Sulit move-on, selalu kupercayakan obatnya pada WAKTU. Pemilik Waktu.


*You find it so sok tahu? Yes, it is and I am.

May 1, 2014

Hello Mei

Bye April.


Menghitung hari sebelum tes. Merasa kehabisan waktu. Merasa stok kata "NANTI" sudah menipis.
Ah itulah dirimu, Yun. Selalu merasa punya banyak NANTI.

Time will never wait you.

Apr 27, 2014

Apr 1, 2014

Bye, March..

hello..
it's April.
it's been a while..

and it's kind of new page of my life. I'm joining driving lesson, like spongebob. but no Mrs. Puff. Like a perfect time-killer for me these days! Challenge my self, meeting new people, super excited! Temporary, I can cope with the insane traffic and the moon like street in this city. Yeah, I guess. I think in this post I must mention my instructor, Mr. Nawir, a super funny Legum Baccalaureus who turns into driving instructor. He is such a great tutor for a moody student, like me. Driving for an hour with him feels like a minute!

Okay, enough with the introduction.
This time we had a conversation about his job. I think being a driver instructor is a boring one, and he couldn't agree more. I mean, even it seems like the job is very easy, it is too easy. There's no challenge. We both agree that there is no 'money' in easy job.

In the car, he played Iwan Fals's song, Sarjana Muda. It is a bit touchy, for both of us. We have similar problem of being sarjana muda with no job. Dia yg sudah mencoba berbagai pekerjaan, namun tetap tak bisa menyisakan sesuatu untuk ditabung, dan saya yang baru mau menyibak semak belukar dunia nyata.

Oh, life.

It's April already. I'm planning to apply for master. I have to convince my self about this. It is actually what I've been planning long time ago. But, is this what I really want to do?

Mar 1, 2014

Bye, Feb..

halo, March.


ini hari ke-109 (kalo tidak salah) gelar sarjana mengekor dinamaku. still have nothing to earn money (ya, semua kegiatan setelah sarjana sepertinya wajib menghasilkan uang). semua rencana membusuk diangan. planning yang seharusnya sudah terlaksana, yang dulu kutulis rapi dicatatan, hanya berdebu diujung rak. lusuh.

salah satu temenku, kulihat sudah memposting foto-fotonya di Australi. negara impianku sejak kecil. dia ambil program kerjasama bidang hospitality. ya, i know, banting steer. tapi itu lebih baik daripada stuck seperti ini. seperti saya.

iri? want to make it more official?

tadi diskusi dengan ibu tentang what i want to be. sempat ragu juga dengan apa yang kupilih saat ini. bagaimana jika gagal? sementara plan B, C, D, E, F, H, I, J, K sepertinya tidak direstui ayah-ibu. diskusi sama ibu kadang tercerahkan, kadang juga bikin mewek, patah hati. kuceritakan pada ibu tentang teman-temanku yang sudah menginjak bumi yang bermusim salju itu, yang ngomong cas-cis-cus dengan semua orang dikampus, yang berhasil mengirim beberapa juta hasil dari gaji dan tip dari magangnya ke kampung halaman.

"bisa nda kerja begitu? pikir masak-masak dulu. kalo ibu sih, urus yang ada didepan mata saja dulu."

ya, rada nyesek memang, tapi sesuai dugaanku. ibu ragu saya bisa kerja seperti mereka, kerja di hotel, beresin kamar-kamar, trus sorenya lanjut kuliah. saya juga ragu. mungkin karena belum pernah mencoba. tapi, urus yang ada didepan mata sepertinya menjadi prioritas saat ini. persiapan saya untuk lanjut kuliah belum ada apa-apanya. makin gusar.

so, what i want to be? ini agak susah kujawab dengan pasti. saya masih mau belajar. kerja sama sekali belum terpikir olehku. kalaupun akan kerja, bekerja sebagai pengajar mungkin on the bottom of my list. saya mau kerja di lapangan, mencatat, memotret, menggambar. kerja dibalik layar, mengetik, sibuk dengan proposal. main biola, belajar main piano. bergaul dengan anak kecil. jadi seksi sibuk di suatu event, presentasi di perusahaan, buat kerajinan tangan. :)

jenis pekerjaan apa yang cocok untukku?
mengajar? :|

saya masih ingin belajar. belajar bahasa asing langsung di negaranya. butuh biaya besar, i know.
saat inilah saya merasa uang seperti mematahkan mimpiku. :|


seperti inikah rasanya menjadi sarjana yang kau katakan sebelum ku ujian meja itu, teman? ha. i feel you.


Feb 22, 2014


kupikir ini satu-satunya tempat aku bisa berkomunikasi denganmu. meski hanya komunikasi satu arah.






If you read this, i just want you to know that I really want to see you, B.

Feb 19, 2014

Apatis


Pertama kali aku mendengar kata itu darimu. Mungkin kau sudah lupa. Tapi aku masih mengingatnya.
Itu karena kata "apathy" adalah kata terakhir yang kau ajarkan padaku.

Bogoshipo

Saat itu aku hanya tahu artinya. Saat ini aku merasakannya. Sangat merasanya. Apatis. Apatis terhadap diri. Lingkungan. Masa depan.

Bogoshipo

Maaf.
Setelah melangkah sejauh ini aku masih berat untuk tak berlari kepadamu. Sangat sedih. Aku hanya merasa sangat sedih. Menangispun tak kuat. Maafkan aku.

Ini hanya sebentar. Tak akan lama. Aku janji.

Aku juga takut Tuhan.

Happy Ending?

Abis nonton Architecture 101. Salah satu film yang bikin nyesek endingnya. Well, bukan cerita happy ending seperti yang biasa kutonton. Yang bikin tertarik nonton film ini karena si Suzy "Miss-A" main disitu! Heheh. Masih teringat drama Dream High, sejak itu mulai suka sama aktingnya.

Well, postingan ini bukan mau ngereview film yang agak menggalaukan ini. Saya mau membahas tentang ending dari ceritanya. Ya, akhir yang tidak begitu bahagia.

Jadi happy ending itu seperti apa? Hum, menurutku happy ending itu jika kedua tokoh utama dalam suatu film hidup bahagia. Ceritanya berakhir dengan bahagia untuk kedua tokoh utamanya. Itu juga kan yang ada dibenak kalian? Tapi di film ini sedikit mengubah pandanganku terhadap arti happy ending itu. Mengapa happy ending hanya untuk kedua tokoh utama yang sedang jatuh cinta? Mengapa happy ending tidak untuk tokoh pendukung? Kupikir ending film ini cukup fair. Seung Min dan Eun-chae akhirnya menikah lalu ke Amerika. Meskipun sepertinya Seung Min tidak begitu bahagia namun Eun-chae terlihat sangat bahagia, mungkin karena akhirnya Seung Min menikahinya. Itu cukup fair bukan? Ibu Seung Min, meski ditinggal anak kesayangannya ke Amerika, sepertinya dia cukup bahagia. Bisa tinggal di rumah yang telah ditinggalinya selama 30 tahun bersama Seung Min, bagaimana bisa pindah dengan sejuta kenangan yang ada di tiap sudut rumah itu? Lalu Seung Min dan Seo Yeon, meskipun kelihatannya mereka berdua yang tidak berakhir dengan bahagia, setidaknya Seo Yeon bahagia dapat tinggal bersama ayahnya di rumah impiannya yang dibangun oleh Seung Min untuknya dan juga mengetahui bahwa Seung Min dulu juga pergi ke rumah kosong, tempat mereka berjanji untuk bertemu saat salju pertama turun. Seung Min pun akhirnya tahu ia adalah cinta pertama Seo Yeon. Meskipun terlambat mengetahuinya, beberapa kenangan tetap akan mengukir senyum di masa depan.

Jadi semuanya happy kan? Film ini berakhir dengan bahagia. Kita hanya perlu melihat sesuatu dari sisi yang lain untuk melihat dan merasa bahagia dengan yang ada di hidup kita.

:)





Soundtrack film ini masih terputar. Etude of Memories

Feb 4, 2014

84th

Assalamu’alaikum. Halo! Bonjour!

. . . . 
. . . . 

"Bingung ga tau mau cerita dari mana.."
"Dari yang mauuuu banget kamu ceritakan!"
:)

Okeh. Hari ini hari ke-84 saya resmi bukan mahasiswa. Hari ke-100 mungkin perlu dirayakan. Heheh. Saya masih belum ngapa-ngapain. Saya masih tinggal di rumah. Masih makan dari hasil keringat ayah-ibu. Masih dirisaukan ayah-ibu. Masih merencanakan masa depan. Masih takut menyapa kenyataan. Still hide behind my blanket. Pathetic. I hate that word! Sigh.

Anywaayyy... Tadi pagi, untuk pertama kalinya sejak 83 hari yang kulalui dengan kesia-siaan, saya melakukan hal yang sia-sia lagi. Hahah. Entahlah. Sebuah kebiasaan sejak saya bisa naik motor: denger lagu pake headset dengan highest volume. Bad habbit, yes? I know. Two-chan selalu ingetin untuk tidak dengar lagu kenceng-kenceng kalo lagi bawa motor. But, I love it. Yang bikin seneng banget itu adalah merasakan angin pagi, liat langit pagi, daaaan hangat matahari pagi yang akhir-akhir ini jaraaaang banget muncul. Ya, saya suka hangat matahari. Suka sekali! 20 menit perjalanan dari rumah-atm-rumah yang menyenangkan.

Ya, bahagia itu kadang ga perlu orang lain. Sendiri pun bisa bahagia. :)

Oke, saat ini mungkin kalian akan menganggap saya sedikit umm… kurang normal. Ummm.. no, tidak-seperti-perempuan-kebanyakan. Hahah. I love those words, anyway :)

Ya, saya adalah manusia kadang-kadang, manusia setengah-setengah. Kadang-kadang saya suka baca buku, kadang maleeeeeess banget. Kadang saya suka jalan-jalan sendirian, berpetualang sama Mio merahku, kesasar, lewat jalan tikus, sembunyi dari pak polisi, haha, saya belum punya SIM soalnya. Heheh. Tapi beberapa waktu, saya suka jalan rame-rame, jalan sambil ketawa-ketiwi bareng teman SMA, oh High School Never Ends! *nyanyi* Kadang jadi alim banget, kadang juga jadi bejat banget. Kadang super cheerful, motivating, kadang juga jadi hopeless, ga bersemangat, lost in my own mind, pernah hampir gila. Kadang jujur, polos, oh so innocent, kadang juga penuh kepalsuan. Kadang saya suka cowo alim, kadang saya suka cowo penyuka music metal. Eh, kok langsug bahas cowok ya? :|

Hum, masih banyak ke-kadang-an saya yang lain. Yang saya yakini bukan ciri bipolar. Karena semua yang saya rasakan ini sepertinya normal-normal saja, yes? Heheh.

Oke, tulisan ini mulai disorientasi. Seruduk sana seruduk sini. Tapi biarlah.

Kembali ke ke-kadang-an saya yang terakhir itu. Soal cowok, umm.. baiknya saya ganti, pria, yes karena saya sudah 22 tahun so biologically saya sudah bukan a girl lagi tapi a woman (supposedly. heheh). Saya menyukai pria yang religius, (yang status-statusnya di socmed selalu mengajak untuk mengingat Allah, selalu memposting puisi romantis untuk calon istrinya yang muslimah, selalu mengucap salam di seluruh akun sosialnya, hahah, itu bagus. Iya kan? Haha. No. Not really) yang menghormati wanita dan oh, serius. Namun, ada kecenderungan dalam diri jika berkawan hidup dengan pria religius seperti itu saya akan bosan. Ya, entahlah.. Saya menyukai pria yang suka membaca, suka menulis, penyuka musik, musik apapun itu. Kadang-kadang suka seperti itu-seperti ini, yang itu-yang ini. That's normal, right? Some of you might say no, yes I know. Saya seperti ga punya prinsip kan? Ga punya pendirian. Plin-plan. Ey, what's the different?

:|

Sigh. Kalo udah nulis seperti ini, saya sedih banget rasanya. Hal seperti ini seringnya berujung pada kesadaran diri. Sadar kalo diri ini (saya berusaha mencari kata yang tepat) mengecewakan. Sedih kan menyadari kalo diri sendiri itu mengecewakan. Mengecewakan dihadapan diri sendiri. :\

Nulis tentang diri kaya' gini itu seperti bercermin. Ya, ngaca! Ngaca pake tulisan. Hahah. Bedanya bercermin dengan kaca yang nampak adalah apa yang orang lain lihat. Yang kau dandani agar nampak baik dimata orang lain, agar mereka tak melihat satu jerawat baru muncul di pipi dekat tahi lalat kecilmu. Ya, you in the mirror is your cover! What are you covering, then? Yourself.

Ngaca pake tulisan itu... umm istilahnya talk heart to heart with you and yourself. I found it really fun. Ngacanya biasanya lebih tentang jiwa. Jiwa juga harus sering-sering diajak bicara loh. Some of you mungkin bakal nyamain ini dengan aktivitas 'ngomong sendiri'. No, ini ada bukti otentiknya, tulisan tangan kamu. Jadi seperti hati dan otak itu saling berdialog. Jari jadi pengganti mulut. Itu lebih bebas. Lebih lancar. Lebih liar. Cobalah sekali waktu. Kau akan ketagihan.

:|

Saya merasa akhir-akhir ini ayah jadi sedikit umm emosi. Ya, mungkin karena banyak hal yang menjadi beban pikirannya hanya disimpannya sendiri dan begitu ditambah satu hal yang menyebalkan, jadilah meledak! Mengagetkan seluruh penghuni rumah. Semua langsung introspeksi diri. Saya salah apa? Salah apa? Dimana? Kapan?

Juga, beberapa hari yang lalu, bro sempat nangis karena beberapa hal tentang keluarga. Don't have to mention it. Ayah juga beberapa hari yang lalu sempat kutangkap matanya memerah setelah menegur my bro. Saya selalu kaget dan ikutan sedih melihat laki-laki menangis. I dunno. Saya merasa jika ia menangis, itu adalah hal yang tepat untuk ditangisi. Tidak seperti saya, nonton upin-ipinpun kadang nangis. Mereka nangis mungkin karena mereka terlalu sedih. Ya, bahkan ayah dan adik laki-lakiku satu-satunya. Mereka menangis mungkin karena.................................................................................................................................. karena mereka manusia. Mereka punya mata, tempat keluarnya air mata!

:| :| Hhe.


I READ HIM WHO I DO NOT KNOW.
I READ HIS AND I THOUGHT I ALREADY READ HIM.


Hhh.. bad habbit of my reading. Terlalu sering menjudge seseorang dari tulisannya. Terlalu sering berkelana di blog, membaca tulisan, sedikit banyak mempengaruhi gaya menulis, sudut pandang, ah itu sedikit banyak berbahaya.


Tapi yang tadi itu sedikit berbeda. Entahlah. Seperti apa yang ia tulis, your words define you (kukoreksi sedikit tata bahasanya. Hhe)

Jan 14, 2014

Meronce Kenangan: Runi

Tidakkah kau tahu, mengerti satu hati dan satu kepala saja butuh bertahun-tahun. Kini aku harus berusaha mengerti dirimu, yang baru kutemui 56 menit yg lalu. Ah, tidak, ditambah dengan pertemuan kita kemarin sore itu. Dengan tawaranmu untuk  mengerti diriku, aku kau ajak untuk membalas mengerti. Tak semudah itu, Dylan.
Kemarin, kita baru saja bertemu. Suatu ketidak sengajaan yang memang sungguh saat kuharapkan, bertemu denganmu lagi. Tapi, dengan adanya kau kembali ke kehidupanku, semuanya seperti pusaran waktu yang tak mampu kukendalikan, masa lalu, saat ini, dan kini kau meminta agar kau ada di masa depanku. Terlalu gaduh. Terlalu.. ah, kau seperti sendok yang mengaduk secangkir teh yang tenang!
Aku tahu. Namun, tidakkah kau merasa jika.. Emm.. Tangan kanan ini tahu akan dirinya sebab kehadiran tangan kiri? Aku perlu seseorang menemani membantu memahami diriku. Mengingatkan siapa diriku sebenarnya.
Kau mengepalkan kedua tanganmu. Ya, kupandang dirimu yang mencoba mengibaratkan sesuatu yang kuakui sebenarnya sangat romantis. Tapi..
Aku... Tak butuh orang lain membantuku memahami diri. Aku bisa. Sendiri.
Ini masih sulit bagiku. Kau terlalu mendadak. Pun diriku tak tahu apakah kau Mr. Rightku dan apakah ini adalah The Right time to say yes.
Ya, tentu saja kau bisa. Aku tak meragukannya sama sekali..
See? Tak perlu beradu argumen denganmu lagi!
Tapi, kau pernah dengar cerita The Notebook, kan ?
Ya, mengapa dengan itu?
Allie dan Noah. Semua akan merenta, Runi. Lihatlah dari sisi feminis yang kau yakini sendiri. Aku bukan seseorang yang akan kau telepon untuk meminta bantuan.. Lalu setelah kubantu, aku menghilang. Atau aku meminta bantuanmu lalu setelah kau membantu aku lari tanpa terima kasih... Aku, akan selalu ada saat kau butuh bantuanku atau tidak. Aku akan disana. Dan sebagai balasannya..
Ah, lihat, kau meminta balasan juga.
Kupikir kau tulus melakukannya...
Aku hanya ingin meminta agar kau selalu butuh bantuanku...

Aku mematung. Speechless. Tersipu. Kau sungguh Dylan? Kau... Ya, ternyata waktu membuatmu menjadi pria yang dengan kesengajaan waktu juga dipertemukannya denganku.
Haha. Lihatlah dirimu! Maafkan aku Runi. Mungkin ini terlalu mendadak dan juga terlalu memaksa, tapi aku sangat senang bisa bertemu dan berbicara denganmu lagi. Di kotamu ini. Sampai jumpa, kuharap kita masih bisa bertemu lagi Runi. Kuharap segera.
Kau mengakhirinya dengan senyum. Senyum yang kembali menawarkanku keseruan masa kanak-kanak.
Kau, could it be love?

-Runi

Jan 12, 2014

Meronce Kenangan: Dylan

Masih kau ingat tugas prakarya kita dari ibu Bansuhari?
Kau tiba-tiba menggiring ingatanku ke bangku SD.
Ah, Ya. Meronce, right?
Masih jelas diingatanku. Itu tugas menyenangkan terakhir yang kita kerjakan bersama.
Ya. Masih kau ingat ketika kita bertengkar karena aku memasukkan warna beads yang berbeda dan kau menarik benangnya hingga beads yang telah kita ronce itu jatuh berserakan ke lantai?
Kali ini nada bicaramu sedikit serius, memelan, tatapanmu kosong melihat rak kaset.
Hahah. Tak pernah kulupa itu.
Saat itu, pertama kalinya kulihat kau berderai air mata. Pertama kalinya kita bertengkar dan tak duduk sebangku lagi. Pertama kalinya kau tak melambai dan berteriak "Daah Dylaaan, si yu tumorooo" saat pulang sekolah. Tak berbicara hingga penaikan kelas. Hingga aku harus pindah ke kota kelahiran ayahku. Hingga 86 menit yang lalu saat kita memilih dvd yang sama di kotamu. Ya, 12 tahun berlalu, dan kau masih mengenaliku. Kau masih memakai cincin bunga matahari yang kuberikan, ah, yang kau pakai saat ini sudah cincin sungguhan.
Kita masih kanak-kanak saat itu.
Kau menatapku.
Kau memutus percakapan dalam hatiku. Sekian detik tanpa kedipan menatapmu.
Maaf.
Maafkan aku. Aku seharusnya langsung minta maaf padamu saat itu. Mengajakmu main ke lapangan saat itu.. Maaf.
Ahahah. Ya ampun Dylan, itu udah lama banget. Ga perlu minta maaflah.
Tawamu, masih tak berubah. Masih tak berubah.
Kita bisa bertemu lagi?
Aku masih ingin mendengar tawa itu. Kuharap kau bisa.
Ah ya. Tentu saja..
Baiklah. Sampai jumpa lagi, Runi.
See you, Dylan.


Pertemuan itu bukan pertemuan kawan lama biasa. Pertemuan kawan lama yang kubungkus dengan sejuta perasaan yang terpendam selama 12 tahun. Andai kau tahu aku terlalu merinduimu.
Terimakasih Tuhan, kau menjaganya dengan baik dan memberikanku kesempatan bertemu, mendengarkan tawanya lagi.

-Dylan